Indonesia begitu seksi untuk dicatat dan diterjemahkan kebudayaanya. Kolonialisme menghasilkan Snouck Hurgronje  yang rajin mencatat dan menjadikan kebudayan kita dipelajari, dituliskan, dan tentunya dilaporkan ke pangkuan Ratu Belanda. Di sana ada semacam dugaan, sejarah, pernikahan, mitos, islam, sampai urusan seks menjadi agenda penting untuk dicatat dan diketahui. 

             Sampai urusan humor yang mengundang tawa dalam imajinasi masyarakat kita yang hindia itu, Snocuk catat dan laporkan.

            Dari catatan-catatan remeh temeh Snouck itu menjadi inspirasi seorang Lina Maria Coster-Wisjwan membuat disertasi tentang sejarah lucu kita. Urusan humor menjadi pemantik studi kebudayaan kita yang lagi-lagi barangkali lupa untuk disentuh.

             Pustaka Jaya menerbitkan buku “Si Kabayan”ini di tahun 2008.  Buku ini merupakan penelitian Lina Maria Coster. Jauh dari pertanggungjawaban sidang penelitian yang dilakukan oleh Maria  pada tahun 1929. Koesalah  Soebago Toer-lah yang berjasa menerjemahkan karya ini. Pun demikian penerjemahan ini mengundang kesulitan dan beberapa istilah folklor macam Uilespigel, Kamperui dan Unibos tanpa penjelasan lebih lanjut.

            Di buku inilah kita bisa melihat unsur lucu erotis dalam masyarakat kita yang hindia tercatat. Snouck menyamakan kisah lucu si Kabayan memiliki persamaan dengan kisah lucu di eropa. Snouck secara khusus menulis dalam bukunya The Atjhers, mengatakan

“Yang tidak kurang populer dari orang cebol yang cerdik, dalam cerita rakyat Indoensia adalah orang yang dilihat sepintas lalu saja memiliki ciri-ciri persamaan yang tak diragukan dengan cerita ;lucu eropa, juga dengan Joha Arab-Turki dari Chodja Nasreddin; mengherankan bahwa sejauh saya ketahui belum ada seorang pun yang mencurahkan perhatian pada tipe yang mencolok ini” 

            Lina Maria Coster-Wijsman menghimpun 70 dongeng yang dihimpun dan disejajarkan dengan kisah lucu  lainnya. Dongeng si Kabayan konon yang berkembang secara lisan pun tercatat di jurnal-jurnal.

            Unsur lucu erotis inilah yang tercatat terkadang menjadi kelakar rakyat yang kasar dalam pandangan eropa. Walaupun erotis dan kasar, Maria mengagap kisah lucu si Kabayan menjadi cerita Sunda yang kaya. Maria mengatakan, 

“Saya merasa, alangkah baiknya kalau hal-hal yang belum dikenal ini dapat dijangkau  oleh umum untuk dibaca, baik demi penelitian perbandingan dongeng, maupun demi pengetahuan  mengenai humor rakyat Sunda.” 

            Lalu mengapa Si Kabayan?  Lina Maria Coster-Wijsman mengangap  bahwa tidak ada ditempat lain di kepulauan ini di mana terdapat cerita-cerita lucu yang sekaya pada orang Sunda. Si Kabayan pantas menjadi titik tolak untuk  meninjau  literatur lucu Indoensia.

            Dari penelusuran Lina Maria Coster-Wijsman kita dapat melihat unsur erotis lucu  Si Kabayan terbalut dalam kisah-kisahnya yang sering tampil dalam wajah dukun, maling, suami, menantu, maupun tetangga usil. Unsur lucu erotis dari dongeng si Kabayan menjadi dugaan kuat bahwa bicara seks dalam tradisi lisan terjalin secara lucu dan kelakar. Seks menjadi ringan dan humoris. 

            Aku tutup tulisan ini dengan mari kita simak bersama dongeng ini,



Kabayan baru kawin , dan karena belum tahu, ia pergi ke halaman untuk berteriak , di mana letak vagina. Istrinya Bilang: di sana, di rumah.  Kabayan pun masuk rumah . Dija pikir yang dimaksud istrinya adalah tabung trasi. 

Hidup memang penuh  anekdot!